Komplain Merupakan Bagian Dari Bisnis |
Dalam menjual suatu barang kita tentu mengalami komplain dari pelanggan kita di mana hal itu sesuatu yang wajar
Sebagai penjual anda terbilang cukup sukses. Mulai dari
omzet yang tinggi, pelanggan dari beragam kalangan, sampai peningkatan
penjualan. Pendek kata semua target yang anda tetapkan berhasil diraih dengan
sempurna. Namun, ketika pelanggan setia anda Komplain. Ia kecewa dengan produk
yang dibeli dari anda. Ia mengkritik pedas tentang hal tersebut. Kejadian ini
cukup mengejutkan anda. Karena selama berkarir sebagai penjual baru kali ini
anda mengalami hal yang demikian. Ini bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri
dan kekecewaan dalam diri anda.
Lalu bagaimana seharusnya anda lakukan? Dalam
menggeluti bidang apa saja risiko akan selalu menghadang. Tidak ada bidang
pekerjaan yang luput dari risiko. Begitu pun dalam hal menjual. Komplain dari
pelanggan setia merupakan satu dari sekian banyak rintangan dan risiko yang
akan dihadapi. Sangat wajar bila anda kecewa. Tapi jangan sampai terlarut dalam
kesedihan. Karena itu bisa menganggu performa anda. Tidak ada waktu untuk
berlama dalam rasa kecewa. Bersabar dan berbesar hati pada setiap keadaan.
Dengan begitu anda akan terbiasa menghadapi berbagai situasi.
Tidak ada pihak yang kalah atau menang. Semua pihak adalah
pemenang. Prinsip inilah yang harus anda tanamkan ketika menjual sehingga pada
saat pelanggan Komplain, anda tidak mengabaikan atau lari dari tanggung jawab,
tetapi juga ikut merasakan dan memikirkan apa yang mereka rasakan. Penjual
tidak boleh memikirkan keuntungan diri sendiri. Ia juga harus memberikan
keuntungan pada pelanggan. Setidaknya, melalui produk yang telah dibeli,
pelanggan dapat merasakan atau menikmati berbagai manfaat.
Namun, bagaimana
bila manfaat tersebut tidak didapat, tetapi malah kerugian yang diperoleh.
Disinilah prinsip semua pihak menjadi pemenang diberlakukan. Berikan kemenangan
yang sama seperti penjual rasakan pada pelanggan. Penjual dapat bertanggung
jawab dengan memberikan garansi, meminta maaf, bahkan mengganti produk yang
telah membuat pelanggan rugi. Bila ini dapat dilakukan dengan benar maka semua
pihak akan menjadi pemenang.
Anda sebagai penjual sudah melakukan semuanya sebaik
mungkin. Semua tata cara dan langkah telah anda lakukan, namun tetap terdapat
kekurangan. Ini hal wajar, anda tidak perlu menghadapinya dengan pikiran
negative. Anggap saja ini merupakan pengalaman serta pelajaran bagi anda. Tidak
ada penjual di dunia ini yang tidak pernah dikomplain konsumen, termasuk
penjual andal sekalipun. Mereka semua pernah mengalaminya. Jika ada konsumen
yang komplain pada anda, bersabarlah. Hadapilah dengan sikap yang positif dan
kepala dingin. Masih bagus ada konsumen yang komplain. Itu berarti mereka masih
menaruh kepercayaan pada anda.
Di satu sisi, mereka juga bermaksud menunjukan
pada anda agar nantinya tidak melakukan hal yang sama. Coba bayangkan bila ada
konsumen yang kecewa namun tidak melakukan komplain. Anda tidak akan tahu di
mana letak kekurangan selama ini. Untuk itu, berikan rasa terima kasih pada
konsumen yang komplain karena mereka telah menunjukan kekurangan kita yang
harus segera diperbaiki. Untuk itu, atasi segera komplain konsumen, segera
layani komplain mereka dengan tulus. Berikan tanggung jawab anda sebagai
kompensasi atas rasa ketidakpuasan mereka.
Dalam kondisi apa pun, penjual harus tulus menghadapi dan
melayani Komplain pembeli walau penjual dalam kondisi bosan atau lelah, mereka
tidak boleh memalingkan diri dari pembeli. Melayani pembeli itu harus tuntas,
tidak boleh setengah. Seorang pembeli mendatangi anda karena merasa kecewa.
Mereka kecewa dengan produk yang dibeli dari anda. Anda harus tetap menghadapi
pembeli tersebut. Anda tidak bisa mengacuhkan mereka begitu saja. Walau
demikian si pembeli tersebut bisa saja bersalah. Namun anda tetap harus melayaninya
dengan sabar dan tulus. Penjual harus bersikap mengalah. Tidak perlu
mengungkapkan kekeliruan atau kesalahan pembeli. Ingat kunci melayani pembeli
Komplain adalah sabar. Jadilah penjual yang melayani.
Penjual tidak dapat memilih orang seperti apa yang akan
menjadi pelanggannya. Bisa jadi, orang yang berkarakter temperamental, pendiam,
atau lembut. Semua orang bisa menjadi pelanggan yang potensial. Watak yang
berbeda membuat setiap pembeli berbeda dalam menyampaikan pendapatnya. Begitu
juga dengan pelanggan anda. Setiap pelanggan punya cara tersendiri untuk
menyampaikan komplainnya. Sebagai penjual, anda harus membiasakan diri
menghadapi pembeli dengan berbagai karakter, terlebih saat menghadapi Komplain
dari mereka. Bisa saja suatu saat anda menghadapi pelanggan yang meledak saat
marah, yaitu tipe orang yang mengkritik dengan mengeluarkan kata pedas sampai
membuat telinga pandas.
Dalam situasi seperti ini, anda harus tetap sabar.
Terkadang, pembeli suka berlebihan saat menyampaikan komplainnya. Itu wajar,
sebagai pembeli mereka menaruh harapan pada produk yang dibeli dan pada
akhirnya apa yang diharaptkan tidak terwujud. Jadi, penjual harus bisa
merasakan kekecewaan pembeli, bukannya ikut membalas mengatakan hal yang
mengiris telinga juga. Sebagai penjual tidak mudah untuk mencari pelanggan
baru. Oleh karena itu rawatlah pelanggan lama dengan baik. Bila mereka
mengeluarkan kata yang tidak mengenakan saat Komplain jangan membalasnya.
Cobalah rasakan apa yang mereka rasakan. Dengan demikian, anda akan tulus
melayani dan bertanggung jawab pada pelanggan lama anda.
Bila anda jeli, keluhan yang diutarakan pembeli dapat
digunakan menjadi keuntungan. Penjual mahir tahu bagaimana carai melakukannya.
Untuk itu, selesaikanlah keluhan dengan cara yang benar. Hal yang dapat
dilakukan untuk mengubah keluhan menjadi keuntungan yaitu memperbaiki Komplain
pembeli, mencari tahu tingkat penuasan pelanggan, memberikan kompensasi,
meminta maaf, berikan sikap ingin membantu, selesaikan keluhan pelanggan, dan
persiapkan diri dalam menghadapi keluhan. Bila semua poin di atas dilaksanakan
dengan benar dan baik, bukan tidak mungkin pelanggan yang tadinya mengeluh
kembali lagi pada anda karena mereka puas dengan cara anda mengelola keluhan
mereka.
Comments