Kemiskinan Ialah Tantangan Bagiamana Menjadi Sukses |
Dalam hidup kita menemui banyak sekali tantangan dalam hidup dan kemiskinan menjadi salah satu cerita unik yang jadi bagian dari hidup, namun ada beberapa manusia yang mengganggap bahwa kemiskinan bukanlah suatu takdir tapi itu adalah tantangan yang harus di hadapi dan sejarah telah membuktikan niat dan semangat mereka yang mengubahnya menjadi seorang jutawan
Banyak hal yang bisa dilakukan namun dari artikel ini kita bisa mendapatkan beberapa poin inti dari perilaku dan kegiatan mereka yang sebagian bisa kita tiru untuk model bisnis yang kita jalani, dan berharap juga bisa sama dalam mendapatkan kesuksesan seperti jalan hidup mereka.
Tulisan di bawah ini berisi tentang kisah sepuluh orang yang
mampu merubah hidupnya, dari yang tidak punya apa-apa sampai menjadi
berlimpahan. Berawal miskin sampai menjadi sukses membangun bisnis dari nol.
Semoga kisah mereka dapat memberi inspirasi dan pelajaran untuk kita dalam
berbisnis.
10.Sam Walton
Sam Walton adalah pendiri dari supermarket raksasa Walmart
yang lahir di sebuah keluarga kurang berada. Sejak usia dini, Sam sudah bekerja
untuk membantu memberi makan keluarganya. Pekerjaan yang telah Ia lakoni
termasuk memerah susu sapi lalu mengantarkan susu yang sudah dimasukan dalam
botol ke para pelanggan, pengantar koran, dan mencari calon pelanggan majalah.
Pekerjaan ini mengasah kemampuan Sam untuk bernegosiasi yang pada akhirnya
merupakan salah satu faktor kesuksesannya di kemudian hari.
Sam terus bekerja sampai dia beranjak remaja, bahkan saat di
perguruan tinggi dia masih bekerja sebagai pramusaji. Akhirnya di tahun 1945,
Sam membuka toko kelontong pertamanya dengan uang tabungan yang sudah Ia
kumpulkan ditambah dengan pinjaman dari ayah mertuanya. Ternyata investasinya
membuahkan hasil dikarenakan juga oleh bakat yang Sam punya.
Pelajaran: Asah bakat dari dini dan kerja keras. Anda takkan
pernah tahu apa yang Anda lakukan sekarang dapat berguna di kemudian hari.
9.Jan Koum
Jan Koum datang ke Amerika dari Ukraine saat dia baru
berusia 16 tahun. Keluarganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga
mereka terpaksa hidup dari food stamps atau kupon makanan (program pemerintah)
yang mereka kumpulkan dari jalanan. Saat itu Jan bekerja sebagai tukang
bersih-bersih di toko swalayan.
Umur 18 tahun, Jan mulai tertarik dengan bahasa pemrograman
dan berhasil diterima bekerja di Ernst & Young sebagai penguji keamanan.
Setelah itu dia dipekerjakan oleh Yahoo selama sembilan tahun. Di tahun 2009,
Jan membeli sebuah iPhone dan menyadari bahwa aplikasi smartphone akan booming
dan jadi hal besar di kemudian hari. Maka dia dan temannya mulai membuat
aplikasi WhatsApp yang akhirnya dibeli Facebook seharga Rp.252 triliun.
Pelajaran: Mempunyai keahlian itu vital. Dan harus selalu
waspada akan hal-hal yang sedang atau akan berkembang.
Tolong dibaca juga : Cara Melihat Pelanggan Potensial Dalam Bisnis Kita
8.Michael Dell
Dari nama belakangnya Anda pasti sudah dapat menebak bahwa
Michael Dell adalah pelopor dari perusahaan komputer Dell. Awalnya, Michael
bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan Chinese. Beberapa tahun
setelahnya, dia menyaring data untuk menemukan pelanggan baru untuk koran
Houston Post. Dari pekerjaan ini lah Michael mendapatkan modal untuk membeli
tiga sistem komputer.
Pada masa itu, belum ada perusahaan yang menjual langsung
sistem komputer kepada publik. Michael melihat kesempatan ini dan mulai
membangun komputernya sendiri yang lalu Ia jual ke teman-temannya. sebenarnya
ayah dan ibu Michael ingin anaknya belajar tentang obat-obatan, namun sejak
kecil Michael memang sudah gemar dan tertarik akan bidang teknologi dan bisnis.
Untung saja Michael mengikuti mimpinya karena terbukti perusahaan yang
didirikan di kamar kosnya saat masih kuliah menjadi sangat sukses.
Pelajaran: Follow your passion and seize the opportunity.
7.Kevin Plank
Kevin Plank adalah mantan pria bangkrut yang sering
menumpang di rumah ibunya untuk makan. Kevin juga adalah objek lelucon
teman-teman footballnya karena keringatnya selalu mengucur deras. Tak tahan
dengan ejekan temannya, Kevin memutuskan untuk membuat baju olahraga yang dapat
menyerap keringat. Dia meminjam modal dari bank untuk memulai usahanya.
Dengan kerja keras dan tekadnya, Ia berhasil mempopulerkan
pakaian olahraganya yang bernama Under Armor. Kevin Plank sekarang memiliki
kekayaan bersih mendekati $500 juta dolar atau Rp. 6,6 triliun.
Pelajaran: Kekuranganmu dapat menjadi kelebihanmu.
6.Jacob Arabo
Jacob lahir di Uzbekistan dan pindah ke Amerika bersama
keluarganya saat dia berumur 14 tahun. Keluarganya benar-benar tidak mempunyai
apa-apa ketika sampai di Amerika, bahkan Jacob terpaksa keluar dari sekolah
untuk bekerja menafkahi keluarganya. Di umur 16, Jacob mulai mengenal industri
perhiasan dimana dia mulai mendesign dan menjual perhiasan buatannya sendiri.
Dua tahun setelahnya, dia sudah mempunyai lebih dari 10
orang karyawan. Karena ketekunan dan tekadnya, dia berhasil membuat nama untuk
dirinya sendiri dan perusahaannya Jacob and Co. yang menjadi sangat terkenal di
seluruh dunia, dengan daftar pelanggannya meliputi David Beckham sampai Jay-Z.
Pelajaran: Tekun dan punya determinasi.
Tolong dibaca juga : Bagaimana Perusahaan Dunia Mengatasi Krisis
5.John Paul DeJoria
Di masa mudanya, John bekerja sebagai pengantar koran,
petugas kebersihan dan sopir truk demi bisa makan. Di masa remajanya John juga
terlibat dengan geng-geng jalanan Los Angeles. Bahkan John terpaksa harus tidur
di mobilnya dan sempat dua kali menjadi tunawisma. Namun semua itu berubah
ketika pada suatu hari saat dia sedang bekerja di perusahaan perawatan rambut,
dia memutuskan untuk bermitra dengan salah satu penata rambut di perusahaan
tersebut untuk membuat perusahaannya sendiri yang sekarang bernama Paul
Mitchell.
Mereka berdua meminjam uang sebesar Rp.30 juta (setelah
inflasi) dan mulai menjual produk shampoonya sendiri dari rumah ke rumah.
Sekarang Paul Mitchell mendapatkan pendapat sebesar Rp. 13 triliun per
tahunnya.
Pelajaran: Kadang perlu untuk bermitra dengan orang yang
mempunyai visi yang sama. Percaya dengan produk Anda sendiri dan jangan takut
untuk ditolak.
4.Steve Jobs
Sosok di balik semua gadgets kesayangan Anda sekarang,
kesuksesan Steve tidak datang dalam semalam. Bahkan masa lalunya cukup menyedihkan.
Steve lahir tanpa orang tua, lalu dia diadopsi oleh sebuah keluarga yang kurang
mampu. Steve tidak pernah menamatkan kuliahnya, namun sebisa mungkin Ia meraih
pengetahuan sebanyak-banyaknya dari kelas yang Ia ikuti. Steve juga sering
tidur di lantai kamar temannya, mengumpulkan botol Coca-Cola untuk ditukar
dengan uang, dan makan gratis seminggu sekali di kuil lokal.
Pada tahun 1976, Steve memulai awal perusahaan Apple
Computers dengan Steve Wolzniak di garasi orang tuanya. Meski tidak mempunyai
uang, Steve punya visi dan ide inovatif untuk mengubah dunia. Steve adalah
alasan utama perusahaan Apple begitu sukses saat ini.
Pelajaran: Visi dan Inovasi itu penting.
3.Ashish Thakkar
Ashish Thakkar baru berusia 12 tahun ketika dia dan
keluarganya berhasil melarikan diri dari genosida Rwanda yang terjadi di tahun
1994. Setelah berlindung bersama dengan 1200 orang lainnya di sebuah hotel,
mereka akhirnya dapat terbang keluar dari negaranya menuju Uganda. Orang tua
Ashish kehilangan semua harta yang mereka tabung selama puluhan tahun.
Di umur 15 tahun, Ashish mendapatkan keuntungan pertamanya
saat dia berhasil menjual sebuah komputer ke keluarga temannya. Dia lalu
meminjam uang dari bank untuk mengimpor floppy disks dan produk komputer
lainnya dari Dubai. Inilah awal dari perusahaan Mara Group. Lama kelamaan Ia
membuka kantor sendiri di Dubai dan menjual produknya ke perusahaan-perusahaan
di seluruh Afrika. Sejak saat itu Mara Group terus bertumbuh dan sekarang
bisnisnya merangkup instrastruktur telekomunikasi, kemasan, hotel, pusat
konferensi dan pusat perbelanjaan, pabrik kertas, dan ribuan hektar tanah
pertanian.
Ashish juga dikenal sebagai pemuda yang selalu ingin tahu
dan belajar dari orang lain. Ia juga mendorong dirinya untuk berkembang dengan
terus membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Sebagai contoh: Saat
perusahaannya mampu menghasilkan 30 ton kardus sebulan, Ashish mengunjungi
perusahaan lain yang mampu membuat 3000 ton kardus.
Pelajaran: Jangan sombong, terus belajar dari yang lain dan
banyak bertanya.
2.Francois Pinault
Pinault sekarang adalah konglomerat di bidang fashion,
tetapi pada satu waktu, Ia harus berhenti sekolah karena tidak tahan dibully
oleh teman-temannya yang mengejek kemiskinannya.
Sebagai seorang pengusaha, Pinault dikenal untuk nya taktik
‘predator’nya, yang meliputi membeli perusahaan-perusahaan kecil dengan harga
yang murah ketika pasarnya sedang jatuh. Dia secara perlahan akhirnya memiliki
rumah mode high-end nya sendiri termasuk Gucci, Stella McCartney, Alexander
McQueen, dan Yves Saint Laurent.
Pelajaran: Dia yang tertawa belakangan biasanya lebih
sukses.
1.Rajkumar Gupta
Rajkumar Gupta adalah pendiri dari Mukti Group. Dia juga
adalah perintis dan pembuat konsep untuk arsitektur modern Kolkata, alhasil
meluncurkan apartemen huni pertamanya pada tahun 1984. Sejak saat itu Mukti
Group tumbuh menjadi pemain kunci di Bengal, mempunyai banyak pusat hiburan
dengan multipleks, hotel internasional, lounge, restoran dan banyak lagi.
Terlahir di keluarga miskin, Rajkumar berhasil mendapatkan
pekerjaan full-time di perusahaan kecil dengan gaji Rp.150.000,-/bulan. Ia lalu
pindah ke perusahaan lain dan bekerja disana selama 5-6 tahun, mulai dari dasar
dan belajar trik dagang sampai akhirnya Rajkumar sanggup membuka bisnisnya
sendiri.
Setelah itu, Rajkumar menyewa sebuah rumah kecil satu kamar
dimana Ia dan keluarganya bisa tidur meski harus bersesak-sesakan. Namun hal
ini tidak menghentikan dia untuk berbuat baik demi orang lain. Ia rajin
menyumbang dan terlibat dalam kegiatan sosial. Karena ini namanya menjadi
dikenal banyak orang sehingga mereka tahu bahwa Rajkumar adalah orang yang
jujur. Dan ketika mereka mendengar bahwa Rajkumar sedang pitching bisnis,
mereka tidak ragu-ragu untuk menanamkan investasi padanya
Mari jadikan kisah teladan mereka sebagai salah satu motivasi bahwa miskin bukanlah suatu pilihan namun hal itu adalah tantangan yang harus dihadapi dan ubah untuk mencapai kemakmuran di masa depan
Comments