![]() |
Konsep Memadungkan Dua Kegiatan Menjadi Lebih Padu |
Growth Hacking sebuah konsep bagaiaman kita menggabungkan dua kegiatan untuk menciptakan suatu lini utama dari fokus kerja dimana hal itu untuk memaksimalkan kapasitas dana yang di miliki
Dalam pengembangan bisnis apapun, dibutuhkan tim pemasaran
untuk mengemas produk yang ditawarkan dengan sebaik-baiknya. Tujuannya tentu
meningkatkan jumlah konsumen yang ujung-ujungnya mengarah pada perolehan laba
sebesar-besarnya.
Sayangnya, terkadang terjadi kendala pada mekanisme
pemasaran suatu perusahaan. Yakni ketika dana yang dikeluarkan untuk pemasaran
tak berhasil meningkatkan jumlah konsumen. Dengan kata lain, perusahaan
membuang uang percuma.
Kegagalan pemasaran barangkali lumrah bagi perusahaan besar.
Namun, bagi perusahaan rintisan digital atau startup yang notabene tak memiliki
anggaran besar, strategi pemasaran yang salah dapat berakibat fatal.
Untuk itu, startup perlu menggodok strategi pemasaran yang
lebih ketat, efisien, dan efektif. Pemikiran tersebut yang kemudian melahirkan
strategi pemasaran digital bernama “growth hacking”.
Lalu, Apa Itu Growth Hacking?
Willix Halim, Vice President of Growth & Data Science
dari Freelancer.com, berbagi pengetahuannya terkait ini. Pada dasarnya, kata
Willix, growth hacking adalah mekanisme analisis mendalam terhadap data.
Sehingga, perusahaan memahami penggunanya, bagaimana pengguna mengadopsi
produk, serta fitur-fitur apa saja yang layak disematkan.
“Growth hacking adalah pola pikir. Startup pemula jangan
dulu berpikir tentang pendapatan. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana
mendatangkan pengguna sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan data,” kata Willix
yang ditemui beberapa saat yang lalu di Creo House, Kemang, Jakarta.
Dengan growth hacking, Willix dan timnya berhasil menggaet
14 juta orang di seluruh dunia untuk menjadi pengguna terdaftar di
Freelancer.com, situs penghimpun lowongan kerja paruh waktu. Dari angka
tersebut, 500.000 di antaranya adalah orang Indonesia yang masuk dalam
Freelancer.co.id, cabang Freelancer.com di Indonesia.
Sebenarnya konsep growth hacking sudah digunakan sejak dulu
oleh perusahaan-perusahaan digital di Amerika. Tapi, istilah itu baru populer
belakangan menyusul meningkatnya pertumbuhan ekosistem startup. Willix
mencontohkan keberhasilan mekanisme growth hacking ini pada Hotmail saat masih
menjadi startup.
“Itu (Hotmail) kan jadi populer karena setiap email ke
pengguna ada catatan kaki yang tulisannya ‘get your free email at Hotmail’ dan
dikasih link untuk daftar,” kata Willix. Strategi sederhana Hotmail tersebut
mendatangkan 12 juta pengguna sehingga perusahaan layanan email tersebut
diakuisisi Microsoft pada 1997 dengan banderol 400 juta dollar atau setara Rp
5,2 triliun.
Bagaimana Mekanisme Growth Hacking?
Pada konsep growth hacking, ada metrik-metrik baku yang
digunakan, yakni AARRR (Acquisition, Activation, Retention, Referral, Revenue).
Acquisition adalah cara mendatangkan pengguna. Biasanya growth hacker
menggunakan tools tertentu yang tersedia di internet agar produknya bisa
terpublikasi secara gratis sehingga banyak pengguna yang mengakses. Cara ini
kerap disebut sebagai Search Engine Optimization (SEO).
Kemudian activation adalah bagaimana cara agar pengguna
melakukan sesuatu untuk aktivasi di situs yang dikembangkan. “Misalnya kalau di
Freelancer, aktivasi yang dimaksud adalah ketika pengguna membuat proyek dan
membuka lowongan paruh waktu bagi orang-orang yang mencari kerja,” Willix
memberi contoh.
Selanjutnya retention adalah cara agar pengguna kembali ke
situs. Lalu referral, yakni bagaimana pengguna membuat teman-temannya juga
menjadi pengguna. Yang terakhir barulah revenue, yakni bagaimana pengguna
mendatangkan uang untuk perusahaan.
Untuk mengetahui cara tepat guna mengimplementasikan AARRR,
diperlukan data signifikan. “Selama ini, kegagalan pemasaran produk dikarenakan
kelemahan analisis data. Semua hanya berdasarkan asumsi, jadi tidak ada
ukurannya,” kata Willix menyoal kegagalan umum sistem pemasaran tradisional.
Analisis data didapat dari banyak faktor. Setiap startup
yang bergerak di bidang berbeda-beda memiliki standar sendiri dalam
menganalisis data. “Growth hacking memiliki banyak variabel, kita dapat
memiliki variabel yang sama untuk dimainkan. Strategi pengukuran yang baik dan
proyeksi matematika sangat berpengaruh ketika dikombinasikan dengan automasi,”
kata Wilson Santoso, CMO & Strategic Partnership Director di Uber Jakarta.
Strategi yang dikembangkan pun harus selalu dinamis agar
pengguna tak merasa bosan dan merasa “terjebak” dalam strategi pemasaran.
“Inovasi strategi pemasaran selalu harus dilakukan sesuai dengan data-data yang
terus berubah. Misalnya saat ini pengembang menggunakan strategi catatan kaki
yang dibikin Hotmail, maka pengguna tak akan lagi mengklik tautan itu karena
telah mengetahui bahwa itu adalah strategi pemasaran,” kata Willix.
Pernyataan Willix diamini Achmad Zaky, CEO & CoFounder
Bukalapak.com. Menurutnya, era saat ini menuntut kreativitas lebih untuk
mengolah data menjadi strategi pemasaran. “Tiga tahun lalu zamannya Twitter,
sekarang Path dan Instagram. Dua belas tahun ke depan, mungkin akan ada lagi
(social media platform) yang baru. Tidak ada textbook mengenai bagaimana
melakukan
taktik growth hacking terbaik. Pengembang perlu melakukan
banyak sekali eksprimen,” katanya.
Apa Syarat Jadi Growth Hacker?
Siapapun bisa jadi growth hacker, asalkan memiliki nalar
logika kuat, kemampuan analisis data yang cemerlang, dan kekuatan berada di
depan komputer dalam waktu lama. Kalau menurut Willix, dalam pengembangan
pemasaran startup, sebenarnya bukan tim pemasaran yang dibutuhkan, melainkan
tim teknis.
“Tim Growth di Freelancer terdiri dari orang-orang yang
sangat teknis dan multidisiplin, yakni ilmuwan data, insinyur, matematikawan,
ahli statistik, ahli fisika, dan manajer produk,” ia mengungkapkan. Bahkan,
katanya, 95 persen pekerja di Freelancer.com adalah seorang teknisi.
Menjadi growth hacker dinilai susah-susah gampang oleh
Adrian Suherman, CoFounder & Partner di aCommerce Indonesia. “Growth
hacking merupakan cara yang tidak konvensional untuk mempercepat pertumbuhan,
tapi tetap dibutuhkan eksekusi berkeringat dan berdarah-darah dengan seluruh
jiwa dan hati dari seluruh pekerja di organisasi yang bersangkutan,” katanya.
Lebih dari semua itu, Willix menganggap tak ada yang susah
jika seseorang benar-benar memiliki hasrat di bidang growth hacking. “Yang
penting orangnya berhasrat dan selalu penasaran akan hal baru. Karena growth
hacking adalah tentang kreativitas tanpa batas,” katanya.
Comments